GERHANA MATAHARI

Kata orang tua dulu, gerhana (matahari atau bulan) itu terjadi karena matahari atau bulan ditelan oleh Graha atau raksasa. Makanya dulu di kampung kalau ada gerhana orang-orang rame-rame memukul lesung (alat untuk menumbuk padi berbentuk panjang) dengan tujuan agar si Graha segera memuntahkan matahari atau bulan. Setidaknya, itulah yang saya kenang dari masa kecil berkenaan dengan gerhana.
Gerhana bulan sudah pernah saya lihat beberapa kali. Untuk gerhana matahari, saya pernah mengalami pada tahun 1983. Kalau tidak salah ingat tanggal 11 Juni.  Waktu itu, di Jawa terjadi gerhana matahari total. Masyarakat tidak boleh keluar rumah dan bahkan harus berlindung. Setidaknya itu yang masih saya ingat. Kata orang tua sih nanti kalau melihat gerhana matahari bisa buta. Pesan itu bahkan disampaikan jauh-jauh hari oleh guru-guru di sekolah (SD).

Ketika hari "H" tiba, saya dan orang tua serta saudara memang tidak berani keluar rumah. Tapi saya sempat melihat fenomena sekitar dari dalam rumah seperti keadaan yang benar-benar gelap seperti malam hari. Ayam pun masuk ke kandang sebagaimana jika menjelang malam tiba. Saya tidak bisa melihat siaran televisi karena hanya ada satu orang saja di kampungku yang punya TV. Malam hari saya melihat beritanya di tv (karena orang yang punya tv itu hanya menghidupkan pada malam hari dan orang-orang kampung nontonnya di sana).
9 Maret 2016, saya bersyukur bisa mengalami kembali fenomena gerhana matahari. Meskipun di Jawa tidak mengalami gerhana matahari total, tetapi saya dapat secara langsung melihat dan mengabadikan gerhana matahari parsial (sekitar 80%) dengan kamera yang saya miliki. Sejak kemarin saya sudah persiapkan. Bahkan saya mencoba kamera untuk memotret matahari secara langsung. Hasilnya adalah perlu filter tambahan untuk mengurangi cahaya matahari! Saya pun akhirnya mencari film bekas rontgen.

Saya memilih tempat yang agak lapang agar dapat tidak terhalang oleh pepohonan atau bangunan. Tempat yang saya pilih adalah di Situ Gintung yang berada tidak jauh dari rumah. Pagi-pagi saya bergegas ke sana dan ternyata sudah ada beberapa "bule" yang sudah memasang kamera di sana (di belakang ISCI - International Sport Club of Indonesia). Saya memilih tempat sedikit agak jauh dari mereka karena malu dengan kamera yang saya pake!
Beruntung, cuaca begitu cerah. Beberapa orang tengah melakukan olah raga jogging ataupun jalan santai. Di sana memang tempat untuk olah raga dan akan menjadi sangat ramai pada hari Minggu. Saya cepat-cepat memasang tripod dan kamera sendirian. Bagi saya ini justru lebih nyaman.
Benar saja, ternyata gerhana sudah mulai meskipun barus sedikit bayangan bulan nampak. Orang-orang yang lewat pun melihat dan menanyakan apakah gerhana sudah mulai dan kujawab ya tentu saja. Akhirnya beberapa orang pun berkumpul di sekitar saya untuk melihat gerhana matahari dari LCD kamera saya. Ada juga yang mengambil gambar dengan HP pada kamera saya. Bangga juga rasanya orang-orang bisa ikut melihat gerhana di sekitar saya. Ada pula yang bertanya saya dari mana karena dia pikir saya sedang melakukan liputan khusus! (Hahaha ...). Saya jawab saja bahwa ini buat seru-seruan saja.










Inilah hasil yang saya dapatkan dengan menggunakan kamera satu-satunya yang saya punya dan sangat saya banggakan Fujifilm SL1000. Yah ... dengan kamera itu saya bisa melihat penampakan bulan purnama yang begitu indah (ada di postingan saya terdahulu) dan saat ini gerhana matahari! Bagi saya yang belum mampu membeli kamera yang lebih canggih, yang ada sudah cukup membawa pada pengalaman yang luar biasa!


Belajar Animasi Sederhana

Aku Tak Pernah Lelah Berjalan Film-film animasi (kartun) dewasa ini sungguh sangat menakjubkan. Gambarnya begitu menakjubka...